Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi berdalih punya beberapa kendala dalam menjalankan pemerintahan. Pertama adalah Edy Rahmayadi mengaku tidak punya pengalaman sebelumnya mengurus pemerintahan. Keterangan tersebut disampaikan Edy saatmenghadiri pertemuan dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se Provinsi Sumatera Utara untuk berdialog terkait pembangunan infrastruktur di Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Selasa (23/8/2022).
"Ada halangan. Pertama saya otodidak, saya tentara yang menjadi gubernur," katanya. Mantan Pangkostrad itu juga menceritakan saat awal dirinya dilantik, Pemprov Sumut memiliki utang sebesar Rp 2,4 triliun. "Kata orang tua saya di dunia ada tiga yang harus dipercepat. Pertama kalau ada utang cepat dibayar, kalau berdosa cepat bertaubat ketiga kalau mati cepat fardhu kifayah. Maka dari itu setelah dilantik saya langsung bayar utang itu. Sehingga 1 tahun pemerintahan itu terganggu," kata Edy.
Kemudian, Edy juga menyampaikan bahwa pandemi Covid 19 termasuk menjadi kendala terbesar selama dirinya menjabat. Banyak anggaran yang sudah direncanakan harus difokuskan kembali. "Pada bulan Maret karena ada Covid 19 dana dana yang ada harus di refocusing ," katanya.
Dalam pertemuan tersebut,Edy sempat menuai kritik tentang kondisi Sumut sepanjang periode pemerintahannya. Satu di antaranya dari Presiden Mahasiswa Universitas Cut Nyak Dien, Madi Nasution yang mengatakan sejak menjabat tahun 2018 lalu, kinerja pasangan Edy Rahmayadi Musa Rajekshah belum menghasilkan perubahan nyata. "Sampai sekarang belum terlihat tidakan konkret, saat ini Sumut menjadi pusat perhatian nasional. Bukan soal hal hal baik, tapi hal buruk, seperti sebelumnya konflik lahan terbesar terjadi di Sumut, kemudian soal korupsi, kita berada pada peringkat 3 terbesar tertinggi di Indonesia," katanya.
Ia juga menyoroti permasalahan narkoba di Sumut di mana berdasarkan data yang ada, tercatat jumlah kasus Sumut terbanyak dengan total 2049 kasus. "Bukan main main dalam permasalahan ini, kita mendapat ranking tertinggi nasional, ini menjadi hal yang sangat memprihatinkan," katanya. Madi menuturkan, sebagai salah satu Provinsi terbesar di Indonesia, dari aspek pendidikan Sumut masih sangat jauh tertinggal dari provinsi lain dan berada pada peringkat 27 nasional.
"Ini suatu prestasi yang masih mengecewakan. Bagaimana bisa kita sampai pada Indonesia emas 2045 jika tak ada penyelesaian persoalan ini," ucapnya. Ia berharap di waktu waktu terakhir masa jabatannya, Edy bisa membawa Sumut ke posisi yang lebih baik. "Ini adalah waktu waktu terakhir Pemprov Sumut bekerja (zaman Edy), besar harapan kami agar program program ini bisa diselesaikan dengan baik dan tuntas, tanpa menimbulkan persoalan dalam pemeritahan berikutnya. Kami memahami sewaktu bapak menjabat, bapak sudah memikul beban berat dari pemerintahan sebelumnya," pungkasnya.